Saturday, January 30, 2016

Kapan Jadi Teknisi UIN, Mark?

leadinvestor.com
Melihat beranda facebook beberapa terakhir ini membuatku ingin protes sama si empunya, Kang Mas Mark Zuckerberg. Lha gimana enggak? Situs jejaring yang dibangunnya itu berisi spam-spam yang berasal dari wilayah yang sama: Yogyakarta. Mau nulis UIN Jogja gak enak, takut nanti jadi masalah di belakangnya.
Aslinya aku pengen report as spam pada status-status yang isinya mengkritik sistem Online KRS-an. You know KRS? KRS itu akronim dari Kartu Rencana Studi yang wajib ada di setiap kampus. Kalo nggak ada KRS ya nggak bisa kuliah. Penerapan input KRS ini bisa secara Online ataupun offline.
Sejak pertama kali aku kuliah di kampus yang disebut termurah sedunia ini, sistem input KRS-annya Online. Sangar, tho? Kuliah gak sampek sejuta (belum UKT) udah bisa nggaya input via leptop atau smartphone. Waktu itu aku sempet ngece temanku yang kuliah di salah satu kampus swasta. Kalo masa KRS-an, temanku itu harus pergi ke kampus. Ngantri beberapa jam, baru kemudian dapat jadwal kuliah. Oh pity...
Waktu itu aku sampe nanya, berapaan sih semesteranmu? Dia jawab 80ribu satu SKS. Kalo satu semester ngambil 20 SKS, biayanya 1,6 juta. Itu belum termasuk biaya-biaya lain jika ditotal jumlahnya sampe 3 juta persemester. Lha duit segitu di kampusku bisa bayar 5 semester. Nyaris wisuda! Biaya setahun di kampusnya bisa buat bayar kuliah di kampusku sampe lulus, sekaligus wisudanya. Pantes di kampusku banyak banget anak yang ogah lulus. Lha murahe pol...
Temenku langsung tanya soal sistem Online yang diterapkan di kampusku. “Enak, ya. Gak harus capek-capek ngantri. Bisa disambi udud dan ngopi.” Dengan bangga aku praktekkan gimana cara input yang asyik. Satu leptop dibuat ngakses laman Sistem Informasi Akademik (SIA), satu leptop lagi dipake main PS.
Ya perlulah disambi PS soalnya loadingnya lumayan lama. Input satu matakuliah bisa 15-30 menit. Bayangin kalo nginput 8 mata kuliah. Bisa berapa lama? Setelah satu matakuliah terinput, ngikutin gaya Damian, aku bilang ‘sempurna...’
Temanku itu iri. Sangat iri. Ia bercerita ngalor ngidul mengenai susahnya input KRS secara offline. Katanya jadi gak bisa garap hal-hal produktif selama 3-4 jam gara-gara ngantri. “Terus kenapa SPP mahalnya gitu tapi pelayanannya kacau?’ gerutu temanku. Ia mengungkit SPP di kampusku yang cuma 600ribu, tapi pelayanannya oke. ‘Ya agak lelet dikit ndak apa-apa wong bayarnya juga segitu.’ Justru malah temanku yang memaklumi keleletan ini.
Namun semua berubah setelah negara api menyerang. Keleletan dalam input sudah menjadi-jadi. Kalo dulu masalahnya hanya lola alias loading lama, sekarang sistem mulai doyan fitnah.
Aku sendiri jadi korban fitnah sistem yang pernah membanggakanku itu. Mulai dari difitnah belum bayar SPP, sampe dibilang NIM enggak valid. Hellow... Sakit tahu difitnah gitu!
Salah satu meme yang beredar

Tapi aku gak mau nyalahin sistem. Mereka hanyalah robot yang hidup dari perawatan empunya. Aku juga gak mau nyalahin teknisi. Karena mereka hanyalah manusia yang tak luput dari khilaf. Apalagi tim teknisi sudah melakukan segala daya dan upaya agar sistem input gak down. Mulai dari membagi jadwal input perfakultas sampai membuat sistem tandingan. Namanya pun keren, balance. Teknisi ini sampe membagi secara rinci waktunya. Fakultas A dari jam 07.00-12.00. Fakultas B dari jam 13.00-16.00 dan seterusnya. Mungkin harapannya agar bisa mengurangi beban server.
Ya, nyatanya lelet ini gak terobati justru menjadi-jadi. Di spam beranda facebook ada yang curhat habis uang nyaris 100ribu untuk ngenet dan hasilnya nihil. Ada lagi yang misuh-misuh gak jelas. Tapi gak enak nulis salinan pisuhannya di sini. Wong dia nulis kata BAJINGAN. Kan gak etis.
Aku juga gak bisa nyalahin temen yang misuh-misuh. Lha aku sendiri ngalamin betapa waktuku terkuras habis untuk nginput satu mata kuliah aja. Cuma satu mata kuliah, lho! Gimana perasaan teman-teman yang nginput sampe 6-8 mata kuliah.
Yang patut disalahkan adalah kenapa Mark Zuckerberg gak jadi teknisi sistem KRS online UIN. Aku membayangkan jika sistem input online ala UIN anti lelet kayak facebook. Betapa tujuan onlinenisasi sistem benar-benar bisa membantu orang banyak. Ibaratnya facebook itu untuk gantiin model pacaran anak UIN dari surat-suratan ke chat-chatan.
Semoga Mark di sana membaca keluhan anak UIN yang singgah ke dinding ratapan miliknya. Syukur-syukur karena anak UIN tidak lagi hobi curhat di laboratorium agama, tetapi malah di wall facebook, membuat si Mark tergugah dan mau jadi sukarelawan teknisi sistem online UIN. Atau aku perlu buat petisi di change.org untuk meminta Kang Mark mau jadi teknisi sistem UIN?
Asal Kang Mark tahu, facebook itu masih ada dan hits karena anak-anak UIN! Anak-anak UGM udah pada hijrah ke Path yang punya Bakrie itu, Snapchat dll yang anak UIN belum banyak punya. Buktinya yang ngelove ama ngelaugh statusku di Path anak-anak luar kampus semua. Sedih gak, Mark? Eh, ada beberapa ding yang mulai kenal Path. Karena anak UIN, facebook masih tenar sampe sekarang. Ini fakta lho, Mark!

Kapan mendengar ratapan kami dan datang ke Indonesia untuk jadi teknisi UIN, Mark? 

Thursday, January 28, 2016

Bajrangi Bhaijaan: Kekuatan Cinta dan Ketulusan


Pertama-tama aku harus ucapin KAMFRED kepada Kabir Khan, sutradara film berjudul Bajrangi Bhaijaan. Film tersebut mampu membuatku mewek. Padahal daku bukanlah orang yang mudah untuk menangis. Bahkan saat teman-teman menuduh aku sebagai jomblo (akut lagi), aku cuek dan berusaha bersikap biasa. Padahal pelabelan jomblo adalah fitnah yang kejam. Lebih baik aku dibunuh daripada difitnah sebegitu kejinya.
Kembali ke topik.
Film yang dibintangi Salman Khan ini dirilis pada tahun 2015 lalu, tepatnya tanggal 17 Juli, seminggu setelah perayaan Idul Fitri. Sambutan penonton luar biasa. Pada Minggu pertama setelah dirilis, film ini meraup pemasukan hampir 700 milyar rupiah! Film ini memecahkan rekor box office di India dan luar negeri. Tentu ada alasan mengapa film ini begitu luar biasa. Dalam tulisan ini, saya tidak akan mengulas alur ceritanya. Karena bagi penikmat film, spoiler lebih kejam daripada kehilangan sandal di masjid. Silakan tonton film tersebut di sini.
Pertama kali aku mendengar film ini dari tetangga kamar. Saat berbincang-bincang mengenai film, ia mengatakan ada satu film yang membuatnya terisak-isak. Aku hampir tidak percaya kalau teman yang satu ini menangis. Sebab wajahnya terlihat seperti tampang kriminal, lebih kriminal dari sosok Joker sekali pun. Namun aku adalah orang yang mudah penasaran. Karena terus ditekan untuk menonton, walhasil malam ini aku buka youtube dan mencari judul filmnya. Alhamdulillah, dapat!
Seperti kebanyakan film India, durasi film ini cukup panjang, sekitar 2,5 jam. Tetapi durasi lama itu tidak terbebani karena alur film ini mengalir seperti kali code saat hujan turun. Beberapa scene nyanyi dan joget yang menjadi khas film bollywood semakin menyegarkan mata karena aksi Kareena Kapoor (sebagai Rasika), pujaan alam fantasi.
Sedikit ulasan mengenai film ini (dan bukan spoiler, loh!). Film ini mengambil setting India dan Pakistan, dua negara yang berseteru secara politik. Sentimen kedua negara begitu melekat pada diri masing-masing warganya. Sejarah masa lalu kedua negara membuat hubungan antar warga juga kurang harmonis, bahkan hingga sekarang. Di tengah ketidakharmonisan hubungan kedua negara, seorang gadis bisu Pakistan berusia 6 tahun bernama Shahida (diperankan Harshaali Malhotra)  tersesat di India.
Pada awalnya ia dan ibunya tengah melakukan perjalanan pulang dari India menuju ke Pakistan setelah mengobati bisunya. Ia turun dari kereta api ketika kereta berhenti sejenak karena melihat anak domba. Sial baginya karena kereta tak lama kemudian bergerak. Saat kereta jalan, ia tidak bisa mengejar kereta tersebut. Takdir dari penulis skenario kemudian membawanya bertemu dengan Pawan atau Bajrangi (diperankan Salman Khan).
Bajrangi adalah seorang yatim yang tengah berusaha menebus syarat untuk menikahi mbak Rasika di Delhi. Saat ia membawa anak kecil itu ke rumah orang tua Rasika yang Hindu, permasalahan mulai muncul. Terlebih saat ayah Rasika mengetahui bocah cilik itu warga negara Pakistan dan beragama Islam. Ia pun menuntut Bajrangi untuk mengembalikan gadis cilik ke negara asalnya. Bajrangi menyanggupi. Tapi sial baginya, seluruh agen gas tidak ada yang mau membuatkan paspor Pakistan! Tetapi ia berjanji pada dewa Hanoman untuk mengantarkan bocah cilik itu ke orang tuanya. Bagaimana pun caranya!
Karena janji pada dewa Hanoman, Bajrangi nekat memasuki Pakistan tanpa menggunakan paspor dan visa. Karena Bajrangi adalah seorang pengikut dewa Hanoman yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, ia memasuki kawasan berbahaya itu dengan modal kejujuran pula. Kejujuran inilah yang membuatnya nyaris terbunuh. Tetapi cinta membuatnya tetap setrong. Lika liku perjalanan Bajrangi menuju rumah orang tua Shahida inilah yang sangat menarik dan membuat kedua bola mata dihiasi air mata.
Permusuhan pemerintah India dan Pakistan digambarkan begitu menyengsarakan warga kedua negara. Bagaimana pun, rakyatlah yang menjadi korban. Agaknya film ini memberi pesan kepada warga India dan Pakistan untuk berdamai. Layaknya sejoli yang sepakat untuk berpisah, lebih baik berteman daripada terus memendam kebencian, apalagi saling teror. Lebih-lebih memposting gambar senonoh atau membuat status sadis via facebook mantan sebagai ekspresi kekecewaan. Jika tak bisa bersama, lebih baik bersahabat daripada terus bermusuhan.
Duh, malah gak jelas...
Selain aku, beberapa artis lainnya juga mengalami nasib yang sama, banjir air mata. Sebut saja kakak kelasku Amir Khan. Bahkan beredar gambar jika Kakak Amir matanya berkaca-kaca saat keluar dari gedung bioskop setelah menonton film ini.
NDTV.com
Memang KAMFRED sih. Adu akting Salman Khan dengan Harshaali Malhotra begitu natural. Aku sampai gemas melihat bagaimana sosok Shahida diperankan secara ciamik dan yahud oleh bocah enam tahun itu. Kutunggu dewasamu, dek!
Film ini mengemas kisah percintaan yang tidak biasa. Bumbu isu politik dan agama membuat film ini menjadi lebih kuat nilainya dan membuat aku berani menggaransi uang kembali seratus persen jika ada yang kecewa. Insya Allah waktu 2,5 jam untuk menonton film ini tidak akan sia-sia, minimal tidak sesia-sia nonton film bokep feminisme yang diperankan Miyabi. Bagi yang jomblo (dalam arti sebenarnya), film ini mengajarkan bahwa cinta tidak sesempit memberi bunga seseorang yang disukainya. Ada banyak cara untuk mengekspresikan cinta kita, terlebih jika cinta itu melibatkan nilai religiusitas dan humanisme.
Overall, okelah... Jika diangkakan, aku kasih nilai 8.5 untuk film ini.

Akhirnya aku ucapkan selamat menonton. Siapkan tisu yang banyak. 

Menristek, Turing, dan Sikap Kita


Alan Turing/bbc

Beberapa hari lalu menteri riset dan teknologi (Menristek) M Nasir membuat pernyataan yang menghebohkan publik. Ia melarang lesbi, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) masuk kampus! Alasannya karena LGBT tidak sesuai dengan nilai-nilai asusila bangsa. Pernyataan itu menanggapi adanya sebuah lembaga kajian di kampus Universitas Indonesia bernama Support Group and Resource Center on Sexuality Studies (SGRC) yang didirikan sejak tahun 2014 lalu. Lembaga kajian itu salah satunya membahas soal LGBT.
Pernyataan menteri tersebut mendapat tanggapan beragam dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap pernyataan menteri tersebut sudah tepat, sebagian lagi menyayangkan dan bahkan menghujatnya. Bagi yang mendukung menteri, mereka membenarkan bahwa LGBT bukanlah budaya bangsa ini. LGBT disebut sebagai penyakit moral yang harus disembuhkan. Sebaliknya, bagi yang menentang pernyataan sang menteri, ucapan tersebut dianggap melecehkan. Karena bagaimana pun, LGBT adalah orientasi seksual yang muncul dari alam bawah sadar. Seseorang tidak pernah memilih dirinya untuk menjadi LGBT.
Pernyataan kontroversial sang menteri kemudian diklarifikasi beberapa saat kemudian. M Nasir menyebut yang dilarang di kampus adalah perilaku seksualnya, misalnya mengumbar kemesraan di depan umum. Sementara kegiatan lainnya, M Nasir memperbolehkan dengan dalih berserikat dan berkumpul adalah hak seluruh warga negara Indonesia.
LGBT memang menjadi topik sensitif karena melibatkan banyak hal, termasuk ajaran agama dan hak asasi manusia. Namun pernyataan M Nasir yang spesifik menyebut LGBT dilarang masuk kampus, atau pun LGBT dilarang bermesraan di kampus, hal ini perlu dikaji ulang.
Jika benar LGBT dilarang masuk kampus, jelas saja sang menteri mencederai kebebasan di ruang akademik. Ruang akademik adalah ruang yang sangat bebas, tidak dibatasi pada persoalan pribadi. Terlebih jika melibatkan hal pribadi yang menjadi hak privasi, atau malah persoalan yang sifatnya intim seperti orientasi seksual.
Kalau pun Menristek sudah melakukan klarifikasi bahwa yang dilarang adalah perilaku yang mengarah pada kegiatan seksual, seperti bercumbu, bermesraan dan lain sebagainya, apakah yang dilarang hanya LGBT? Bagaimana pernyataan sang menteri terhadap prilaku mengarah pada kegiatan seksual yang dialami pasangan non-LGBT? Apakah dilegalkan? Saya rasa klarifikasi dari sang menteri membuat pernyataannya semakin absurd. Jika sudah wilayahnya adalah tindakan mengarah pada perilaku seksual, maka seruan tersebut etisnya disampaikan kepada seluruh orang, bukan hanya LGBT. Sebab hal tersebut sudah masuk wilayah kesopanan umum, tidak hanya golongan tertentu.
Kalau pun Menristek sudah melakukan klarifikasi bahwa yang dilarang adalah perilaku yang mengarah pada kegiatan seksual, seperti bercumbu, bermesraan dan lain sebagainya, apakah yang dilarang hanya LGBT? Bagaimana pernyataan sang menteri terhadap prilaku mengarah pada kegiatan seksual yang dialami pasangan non-LGBT? Apakah dilegalkan?
Dalam konteks pelarangan LGBT masuk kampus, apakah sosok yang sama, atau siapa pun yang menentang keberadaan LGBT di kampus, berani mengatakan ‘seluruh produksi yang melibatkan LGBT dilarang masuk kampus!’? Jika berani maka tinggalkan saja perangkat komputer! Karena sejarah awal komputer diciptakan oleh sosok yang masuk dalam kategori dihinakan itu.
Alan Mathison Turing, penemu mesin komputer, adalah seorang gay. Karena statusnya itu, Alan dikebiri oleh otoritas Inggris, kemudian mati bunuh diri karena depresi, menggunakan racun sianida. Inggris saat itu masih menganggap LGBT sebagai kriminal. Namun dari kerja kerasnya, seluruh aktivitas manusia modern saat ini menjadi lebih ringan dengan keberadaan mesin komputer. Apakah ada teks yang menjelaskan Alan Turing pernah bermesraan di depan umum saat kuliah? Sepertinya tidak. Pada 2009 lalu, otoritas Inggris meminta maaf secara terbuka dan mencabut dakwaan kriminal seksual yang dialamatkan kepada Turing.
Sosok Alan Turing hanyalah satu dari sekian orang yang memiliki orientasi seksual berbeda, tetapi jasa mereka bisa dinikmati oleh seluruh orang di dunia. Belakangan Paus Fransiskus, pemimpin katolik Roma, tengah menggodok aturan agar LGBT diterima sebagai jemaat, walau pun pilihan hidupnya tidak perlu didukung. Sebab banyak kaum LGBT yang telah memberi jasa bagi peradaban. Alan Turing adalah contoh yang paling nyata.
Sebagai seorang yang belajar agama, seseorang boleh saja tidak setuju dengan perilaku LGBT. Tetapi hal tersebut tidak lantas menjadi alasan melakukan tindakan diskriminasi yang melanggar prinsip kebebasan, keadilan, dan hak asasi manusia. Utamanya bagi agamawan, yang bisa dilakukan ialah memberi edukasi kepada masyarakat. Bukan malah memberikan sentimen terhadap pelaku LGBT dengan dalil-dalil, atau bahkan menghukumi sesat. Menggunakan dalil agama sebagai penguat klaim sesat justru melegalkan perbuatan diskriminasi kepada mereka.

Sebagai seorang akademis, maka wajib bagi kita mempertahankan kebebasan berpendapat dan berpikir di ruang akademik. Jangan sampai ada pihak yang mengebiri kebebasan dengan alasan tidak sesuai dengan standar pihak tertentu. Sebab pada dasarnya ruang akademik akan terus hidup jika asas kebeasan ini dijamin. Tentu saja bebas yang bertanggung jawab. Wallahua'lam.

Tuesday, January 26, 2016

Agama Kucing dan Anjing

Seperti halnya musim hujan sebelumnya, pagi masih saja tak merasakan hangatnya mentari
Di sudut-sudut langit yang terjangkau indra mata
Tak jua terlihat seberkas cahaya menembus pekatnya awan
Mungkin saja awan itu isyarat, bukan sekedar sunnah alam
Karena bisa jadi seluruh penghuni bumi tengah kalut menyaksikan betapa kegilaan merusak otak mereka yang waras
Sampai-sampai seekor kucing dan anjing dianggap memiliki agama
Dari tempat antah berantah terdengar suara melengking, seperti ungkapan latah:
"Apakah kau memilih agama kucing atau anjing?"
Sontak seisi bumi terhenyak, siap dengan pedang masing-masing
Tiba-tiba saja mereka menganggap aneh jika ada yang bereda
Harus dicakar
Harus dibunuh
Harus dibasmi
Jiwa mereka dirasuki kucing dan anjing yang tak pernah akur
Agama adalah hal sakral yang harus dibela mati-matian, katanya
Bela agama
Bela Tuhan
Bela kucing
Bela anjing
Entah mengapa agama yang awalnya memberi ruh perdamaian, justru terlihat seperti iblis yang benci kasih sayang
Yk. 27.01.16