Pertama-tama aku harus ucapin
KAMFRED kepada Kabir Khan, sutradara film berjudul Bajrangi Bhaijaan. Film tersebut
mampu membuatku mewek. Padahal daku bukanlah orang yang mudah untuk menangis. Bahkan
saat teman-teman menuduh aku sebagai jomblo (akut lagi), aku cuek dan berusaha
bersikap biasa. Padahal pelabelan jomblo adalah fitnah yang kejam. Lebih baik
aku dibunuh daripada difitnah sebegitu kejinya.
Kembali ke topik.
Film yang dibintangi Salman Khan
ini dirilis pada tahun 2015 lalu, tepatnya tanggal 17 Juli, seminggu setelah
perayaan Idul Fitri. Sambutan penonton luar biasa. Pada Minggu pertama setelah
dirilis, film ini meraup pemasukan hampir 700 milyar rupiah! Film ini
memecahkan rekor box office di India dan luar negeri. Tentu ada alasan mengapa
film ini begitu luar biasa. Dalam tulisan ini, saya tidak akan mengulas alur
ceritanya. Karena bagi penikmat film, spoiler lebih kejam daripada kehilangan
sandal di masjid. Silakan tonton film tersebut di sini.
Pertama kali aku mendengar film ini
dari tetangga kamar. Saat berbincang-bincang mengenai film, ia mengatakan ada
satu film yang membuatnya terisak-isak. Aku hampir tidak percaya kalau teman
yang satu ini menangis. Sebab wajahnya terlihat seperti tampang kriminal, lebih
kriminal dari sosok Joker sekali pun. Namun aku adalah orang yang mudah
penasaran. Karena terus ditekan untuk menonton, walhasil malam ini aku buka
youtube dan mencari judul filmnya. Alhamdulillah, dapat!
Seperti kebanyakan film India,
durasi film ini cukup panjang, sekitar 2,5 jam. Tetapi durasi lama itu tidak
terbebani karena alur film ini mengalir seperti kali code saat hujan turun. Beberapa
scene nyanyi dan joget yang menjadi khas film bollywood semakin menyegarkan
mata karena aksi Kareena Kapoor (sebagai Rasika), pujaan alam fantasi.
Sedikit ulasan mengenai film ini
(dan bukan spoiler, loh!). Film ini mengambil setting India dan Pakistan, dua
negara yang berseteru secara politik. Sentimen kedua negara begitu melekat pada
diri masing-masing warganya. Sejarah masa lalu kedua negara membuat hubungan
antar warga juga kurang harmonis, bahkan hingga sekarang. Di tengah
ketidakharmonisan hubungan kedua negara, seorang gadis bisu Pakistan berusia 6
tahun bernama Shahida (diperankan
Harshaali Malhotra) tersesat
di India.
Pada awalnya ia dan ibunya tengah
melakukan perjalanan pulang dari India menuju ke Pakistan setelah mengobati
bisunya. Ia turun dari kereta api ketika kereta berhenti sejenak karena melihat
anak domba. Sial baginya karena kereta tak lama kemudian bergerak. Saat kereta
jalan, ia tidak bisa mengejar kereta tersebut. Takdir dari penulis skenario kemudian membawanya
bertemu dengan Pawan atau Bajrangi (diperankan Salman Khan).
Bajrangi adalah seorang yatim yang
tengah berusaha menebus syarat untuk menikahi mbak Rasika di Delhi. Saat ia
membawa anak kecil itu ke rumah orang tua Rasika yang Hindu, permasalahan mulai
muncul. Terlebih saat ayah Rasika mengetahui bocah cilik itu warga negara Pakistan dan
beragama Islam. Ia pun menuntut Bajrangi untuk mengembalikan gadis cilik ke
negara asalnya. Bajrangi menyanggupi. Tapi sial baginya, seluruh agen gas tidak ada
yang mau membuatkan paspor Pakistan! Tetapi ia berjanji pada dewa Hanoman untuk
mengantarkan bocah cilik itu ke orang tuanya. Bagaimana pun caranya!
Karena janji pada dewa Hanoman,
Bajrangi nekat memasuki Pakistan tanpa menggunakan paspor dan visa. Karena
Bajrangi adalah seorang pengikut dewa Hanoman yang menjunjung tinggi
nilai-nilai kejujuran, ia memasuki kawasan berbahaya itu dengan modal kejujuran
pula. Kejujuran inilah yang membuatnya nyaris terbunuh. Tetapi cinta membuatnya
tetap setrong. Lika liku perjalanan Bajrangi menuju rumah orang tua Shahida inilah
yang sangat menarik dan membuat kedua bola mata dihiasi air mata.
Permusuhan pemerintah India dan
Pakistan digambarkan begitu menyengsarakan warga kedua negara. Bagaimana pun,
rakyatlah yang menjadi korban. Agaknya film ini memberi pesan kepada warga
India dan Pakistan untuk berdamai. Layaknya sejoli yang sepakat untuk berpisah,
lebih baik berteman daripada terus memendam kebencian, apalagi saling teror.
Lebih-lebih memposting gambar senonoh atau membuat status sadis via facebook mantan sebagai ekspresi kekecewaan.
Jika tak bisa bersama, lebih baik bersahabat daripada terus bermusuhan.
Duh, malah gak jelas...
Selain aku, beberapa artis lainnya
juga mengalami nasib yang sama, banjir air mata. Sebut saja kakak kelasku Amir Khan. Bahkan beredar gambar jika Kakak Amir matanya berkaca-kaca saat
keluar dari gedung bioskop setelah menonton film ini.
NDTV.com |
Memang KAMFRED sih. Adu akting
Salman Khan dengan Harshaali Malhotra begitu natural. Aku
sampai gemas melihat bagaimana sosok Shahida diperankan secara ciamik dan yahud
oleh bocah enam tahun itu. Kutunggu dewasamu, dek!
Film ini mengemas kisah percintaan yang
tidak biasa. Bumbu isu politik dan agama membuat film ini menjadi lebih kuat nilainya
dan membuat aku berani menggaransi uang kembali seratus persen jika ada yang
kecewa. Insya Allah waktu 2,5 jam untuk menonton film ini tidak akan sia-sia,
minimal tidak sesia-sia nonton film bokep feminisme yang diperankan Miyabi. Bagi
yang jomblo (dalam arti sebenarnya), film ini mengajarkan bahwa cinta tidak
sesempit memberi bunga seseorang yang disukainya. Ada banyak cara untuk
mengekspresikan cinta kita, terlebih jika cinta itu melibatkan nilai
religiusitas dan humanisme.
Overall, okelah... Jika diangkakan,
aku kasih nilai 8.5 untuk film ini.
Akhirnya aku ucapkan selamat
menonton. Siapkan tisu yang banyak.
0 comments:
Post a Comment