Thursday, January 28, 2016

Bajrangi Bhaijaan: Kekuatan Cinta dan Ketulusan


Pertama-tama aku harus ucapin KAMFRED kepada Kabir Khan, sutradara film berjudul Bajrangi Bhaijaan. Film tersebut mampu membuatku mewek. Padahal daku bukanlah orang yang mudah untuk menangis. Bahkan saat teman-teman menuduh aku sebagai jomblo (akut lagi), aku cuek dan berusaha bersikap biasa. Padahal pelabelan jomblo adalah fitnah yang kejam. Lebih baik aku dibunuh daripada difitnah sebegitu kejinya.
Kembali ke topik.
Film yang dibintangi Salman Khan ini dirilis pada tahun 2015 lalu, tepatnya tanggal 17 Juli, seminggu setelah perayaan Idul Fitri. Sambutan penonton luar biasa. Pada Minggu pertama setelah dirilis, film ini meraup pemasukan hampir 700 milyar rupiah! Film ini memecahkan rekor box office di India dan luar negeri. Tentu ada alasan mengapa film ini begitu luar biasa. Dalam tulisan ini, saya tidak akan mengulas alur ceritanya. Karena bagi penikmat film, spoiler lebih kejam daripada kehilangan sandal di masjid. Silakan tonton film tersebut di sini.
Pertama kali aku mendengar film ini dari tetangga kamar. Saat berbincang-bincang mengenai film, ia mengatakan ada satu film yang membuatnya terisak-isak. Aku hampir tidak percaya kalau teman yang satu ini menangis. Sebab wajahnya terlihat seperti tampang kriminal, lebih kriminal dari sosok Joker sekali pun. Namun aku adalah orang yang mudah penasaran. Karena terus ditekan untuk menonton, walhasil malam ini aku buka youtube dan mencari judul filmnya. Alhamdulillah, dapat!
Seperti kebanyakan film India, durasi film ini cukup panjang, sekitar 2,5 jam. Tetapi durasi lama itu tidak terbebani karena alur film ini mengalir seperti kali code saat hujan turun. Beberapa scene nyanyi dan joget yang menjadi khas film bollywood semakin menyegarkan mata karena aksi Kareena Kapoor (sebagai Rasika), pujaan alam fantasi.
Sedikit ulasan mengenai film ini (dan bukan spoiler, loh!). Film ini mengambil setting India dan Pakistan, dua negara yang berseteru secara politik. Sentimen kedua negara begitu melekat pada diri masing-masing warganya. Sejarah masa lalu kedua negara membuat hubungan antar warga juga kurang harmonis, bahkan hingga sekarang. Di tengah ketidakharmonisan hubungan kedua negara, seorang gadis bisu Pakistan berusia 6 tahun bernama Shahida (diperankan Harshaali Malhotra)  tersesat di India.
Pada awalnya ia dan ibunya tengah melakukan perjalanan pulang dari India menuju ke Pakistan setelah mengobati bisunya. Ia turun dari kereta api ketika kereta berhenti sejenak karena melihat anak domba. Sial baginya karena kereta tak lama kemudian bergerak. Saat kereta jalan, ia tidak bisa mengejar kereta tersebut. Takdir dari penulis skenario kemudian membawanya bertemu dengan Pawan atau Bajrangi (diperankan Salman Khan).
Bajrangi adalah seorang yatim yang tengah berusaha menebus syarat untuk menikahi mbak Rasika di Delhi. Saat ia membawa anak kecil itu ke rumah orang tua Rasika yang Hindu, permasalahan mulai muncul. Terlebih saat ayah Rasika mengetahui bocah cilik itu warga negara Pakistan dan beragama Islam. Ia pun menuntut Bajrangi untuk mengembalikan gadis cilik ke negara asalnya. Bajrangi menyanggupi. Tapi sial baginya, seluruh agen gas tidak ada yang mau membuatkan paspor Pakistan! Tetapi ia berjanji pada dewa Hanoman untuk mengantarkan bocah cilik itu ke orang tuanya. Bagaimana pun caranya!
Karena janji pada dewa Hanoman, Bajrangi nekat memasuki Pakistan tanpa menggunakan paspor dan visa. Karena Bajrangi adalah seorang pengikut dewa Hanoman yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, ia memasuki kawasan berbahaya itu dengan modal kejujuran pula. Kejujuran inilah yang membuatnya nyaris terbunuh. Tetapi cinta membuatnya tetap setrong. Lika liku perjalanan Bajrangi menuju rumah orang tua Shahida inilah yang sangat menarik dan membuat kedua bola mata dihiasi air mata.
Permusuhan pemerintah India dan Pakistan digambarkan begitu menyengsarakan warga kedua negara. Bagaimana pun, rakyatlah yang menjadi korban. Agaknya film ini memberi pesan kepada warga India dan Pakistan untuk berdamai. Layaknya sejoli yang sepakat untuk berpisah, lebih baik berteman daripada terus memendam kebencian, apalagi saling teror. Lebih-lebih memposting gambar senonoh atau membuat status sadis via facebook mantan sebagai ekspresi kekecewaan. Jika tak bisa bersama, lebih baik bersahabat daripada terus bermusuhan.
Duh, malah gak jelas...
Selain aku, beberapa artis lainnya juga mengalami nasib yang sama, banjir air mata. Sebut saja kakak kelasku Amir Khan. Bahkan beredar gambar jika Kakak Amir matanya berkaca-kaca saat keluar dari gedung bioskop setelah menonton film ini.
NDTV.com
Memang KAMFRED sih. Adu akting Salman Khan dengan Harshaali Malhotra begitu natural. Aku sampai gemas melihat bagaimana sosok Shahida diperankan secara ciamik dan yahud oleh bocah enam tahun itu. Kutunggu dewasamu, dek!
Film ini mengemas kisah percintaan yang tidak biasa. Bumbu isu politik dan agama membuat film ini menjadi lebih kuat nilainya dan membuat aku berani menggaransi uang kembali seratus persen jika ada yang kecewa. Insya Allah waktu 2,5 jam untuk menonton film ini tidak akan sia-sia, minimal tidak sesia-sia nonton film bokep feminisme yang diperankan Miyabi. Bagi yang jomblo (dalam arti sebenarnya), film ini mengajarkan bahwa cinta tidak sesempit memberi bunga seseorang yang disukainya. Ada banyak cara untuk mengekspresikan cinta kita, terlebih jika cinta itu melibatkan nilai religiusitas dan humanisme.
Overall, okelah... Jika diangkakan, aku kasih nilai 8.5 untuk film ini.

Akhirnya aku ucapkan selamat menonton. Siapkan tisu yang banyak. 

0 comments:

Post a Comment