Sambungan...
Di:
Bus GA 3 dan Tribun 1
Matahari sudah membumbung sedemikian rupa. Pukul 06.10 WIB
aku baru bangun dari tidur yang cukup panjang. Sial, belum shalat subuh! Aku
langsung menuju kamar mandi untuk mandi dan berwudlu. Sambil menunggu giliran
mandi Sam dan Naufal, aku menikmai seduhan teh yang disediakan hotel dengan
bakpia dan krupuk ikan Lampung.
Kami turun bersama ke lantai 3 untuk menuju tempat sarapan. Seperti
kemarin, seorang petugas hotel mendata anggota beswan yang hendak sarapan. Lalu
kami mengantri mengambil sarapan di tempat yang berbeda dengan hari kemarin. Wah,
menunya serba hijau. Aku langsung pindah haluan ke tempat yang ada dagingnya. Maklum,
perbaikan gizi. Lagipula aku tak terlalu suka dengan ekstrak daging alias
sosis. Sama seperti kemarin, kami kesulitan menemukan tempat untuk makan. Aku dan
Naufal masuk ke ruang VIP. Di sana ada beberapa beswan perempuan yang juga
sedang menikmati sarapan keduanya di hotel bintang 4.
“Ikutan gabung, ya?” kata Naufal minta izin. Setelah diizinkan
kami berdua menempatkan diri di kursi kosong. Sementara Sam tak tahu di mana
gerangannya. Waktu dia menuju tempat kami, bangku sudah penuh. Walhasil dia mencari
tempat lain.
Sejenak aku mengamati mereka. Wajahnya tidak begitu familiar,
tapi sepertinya aku pernah melihat beberapa dari mereka. Kalau yang duduk di
dekat Naufal aku jelas kenal. Rifka adalah anggota beswan Jogja, juga Ermaya. Setelah
dipikir-pikir, aku ingat. Mereka juga satu bus denganku di Grand Aston 3.
Mereka tampak asyik mengobrol satu sama lain.
Dari logat bahasanya, sepetinya mereka berbicara dalam bahasa
Melayu. Mungkin saja mereka berasal dari daerah Riau, Kepri atau lainnya. Saat
kami bergabung dengan obrolan, barulah kami tahu mereka berasal dari Pontianak.
Yang satu bus denganku bernama Stefani, Juni, Shella, dan Tiara. Dulu ketika
mendengar nama Kalimantan, selalu saja identik dengan Dayak. Dayak identik
dengan ritual-ritual tradisional. Perempuan Dayak? Banyak yang bilang ini itu.
Tapi kini aku membuktikannya kalau persepsi perempuan Kalimantan tidak seperti
apa yang dibicarakan orang dulu. Orang Kalimantan lumayan oke-oke juga hahaha.
Namun obrolan kami tidak begitu lama karena waktu sarapan akan habis.
Aku dan Naufal mencari Sam untuk kembali ke kamar hotel. Kami
hanya membawa satu kunci yang dibawa Naufal. Karena tidak ketemu, kami berdua
langsung menuju ke lift. Setelah pintu dibuka, ternyata Sam sudah ada di kamar.
Ia bercerita masuk menggunakan jasa petugas hotel. Karena waktu sudah sangat
mepet, kami langsung berjalan cepat menuju lift untuk turun ke lantai dasar. Aku
disms kalau bus segera berangkat. Ini cukup membuatku panik. Namun akhirnya
kami berhasil masuk ke bus dengan selamat...
Suasana masih sepi. Hanya terjadi obrolan-obrolan kecil
(untuk versi panjang GA 3 akan ditulis di edisi mendatang). Sampai ke PRPP,
kami kembali disambut oleh Amel dan Ramos. Sambil menunggu waktu latihan, kedua
pembawa acara itu meneriakkan kabar beswan yang langsung disamber dengan
kalimat ‘luar biasa, fantastis, yes yes yes beswan beswan Djarum yes’. Saat
lagu ‘sakitnya tuh di sini’ diputar, anggota beswan yang jumlahnya ratusan,
dengan komando pembawa acara, berhamburan ke atas panggung untuk berjoget ria. Sepertinya
kami menciptakan momen terindah untuk menjadi kenangan yang kelak menyesakkan
dada bagi kami sendiri.
Waktu latihan tiba. Tim teater digiring masuk ke arenanya. Tim
choir masih di dalam gedung Merapi. Hari ini pembagian tribun. Ada tribun satu
sampai delapan. Aku masuk di tribun tiga. Di tribun tiga ada beswan Jogja Fajrul
dan Iin. Kami berlatih di gedung yang sumpek. AC-nya tidak menyebar. Ketika mbak
Brigitta menyalakan pianonya, listrik mendadak mati. Hal ini terjadi
berulang-ulang. Namun kami menikmati momen ini, dalam hal kebersamaannya.
Di NB ini, Djarum menyediakan fasilitas loud spot. Loud spot
adalah ajang bernarsis ria. Dua layar disiapkan untuk selfie bersama. Fasilitas
ini memungkinkan member langsung mengupload foto di akun facebook dan twitter
yang didaftarkan. Caranya kami harus membuat kartu terlebih dahulu di tempat
yang telah disediakan. Weh, antriannya cukup panjang... Setelah mengantri cukup
lama, akhirnya aku mendapatkan kartu narsis ini.
Seusai istirahat, formasi tribun ada penyesuaian. Ketidaksamaan
jumlah pemain membuat beberapa anggota tribun harus digeser. Aku digeser masuk
ke tribun satu. Di tribun satu, aku bertemu Sam. Di sana ada Dana, Melvin,
Siraj, Andre, Andi dan lain sebagainya yang karena keterbatasan space tidak
bisa aku sebutkan satu persatu di sini. Di tribun ini, kelak aku dan
kawan-kawan mendapat pengalaman yang luar biasa. Sama luar biasanya dengan
rumah baruku, GA 3.
Kami menciptakan kenangan terindah yang kelak menyesakkan
dada kami sendiri
Bersambung...
aku manaaa :( hiks
ReplyDelete