Wednesday, November 5, 2014

Sekedar Cerita (2)

Sambungan...

Di: Bus GA 3 dan Tribun 1
Matahari sudah membumbung sedemikian rupa. Pukul 06.10 WIB aku baru bangun dari tidur yang cukup panjang. Sial, belum shalat subuh! Aku langsung menuju kamar mandi untuk mandi dan berwudlu. Sambil menunggu giliran mandi Sam dan Naufal, aku menikmai seduhan teh yang disediakan hotel dengan bakpia dan krupuk ikan Lampung.
Kami turun bersama ke lantai 3 untuk menuju tempat sarapan. Seperti kemarin, seorang petugas hotel mendata anggota beswan yang hendak sarapan. Lalu kami mengantri mengambil sarapan di tempat yang berbeda dengan hari kemarin. Wah, menunya serba hijau. Aku langsung pindah haluan ke tempat yang ada dagingnya. Maklum, perbaikan gizi. Lagipula aku tak terlalu suka dengan ekstrak daging alias sosis. Sama seperti kemarin, kami kesulitan menemukan tempat untuk makan. Aku dan Naufal masuk ke ruang VIP. Di sana ada beberapa beswan perempuan yang juga sedang menikmati sarapan keduanya di hotel bintang 4.
“Ikutan gabung, ya?” kata Naufal minta izin. Setelah diizinkan kami berdua menempatkan diri di kursi kosong. Sementara Sam tak tahu di mana gerangannya. Waktu dia menuju tempat kami, bangku sudah penuh. Walhasil dia mencari tempat lain.
Sejenak aku mengamati mereka. Wajahnya tidak begitu familiar, tapi sepertinya aku pernah melihat beberapa dari mereka. Kalau yang duduk di dekat Naufal aku jelas kenal. Rifka adalah anggota beswan Jogja, juga Ermaya. Setelah dipikir-pikir, aku ingat. Mereka juga satu bus denganku di Grand Aston 3. Mereka tampak asyik mengobrol satu sama lain.
Dari logat bahasanya, sepetinya mereka berbicara dalam bahasa Melayu. Mungkin saja mereka berasal dari daerah Riau, Kepri atau lainnya. Saat kami bergabung dengan obrolan, barulah kami tahu mereka berasal dari Pontianak. Yang satu bus denganku bernama Stefani, Juni, Shella, dan Tiara. Dulu ketika mendengar nama Kalimantan, selalu saja identik dengan Dayak. Dayak identik dengan ritual-ritual tradisional. Perempuan Dayak? Banyak yang bilang ini itu. Tapi kini aku membuktikannya kalau persepsi perempuan Kalimantan tidak seperti apa yang dibicarakan orang dulu. Orang Kalimantan lumayan oke-oke juga hahaha. Namun obrolan kami tidak begitu lama karena waktu sarapan akan habis.
Aku dan Naufal mencari Sam untuk kembali ke kamar hotel. Kami hanya membawa satu kunci yang dibawa Naufal. Karena tidak ketemu, kami berdua langsung menuju ke lift. Setelah pintu dibuka, ternyata Sam sudah ada di kamar. Ia bercerita masuk menggunakan jasa petugas hotel. Karena waktu sudah sangat mepet, kami langsung berjalan cepat menuju lift untuk turun ke lantai dasar. Aku disms kalau bus segera berangkat. Ini cukup membuatku panik. Namun akhirnya kami berhasil masuk ke bus dengan selamat...
Suasana masih sepi. Hanya terjadi obrolan-obrolan kecil (untuk versi panjang GA 3 akan ditulis di edisi mendatang). Sampai ke PRPP, kami kembali disambut oleh Amel dan Ramos. Sambil menunggu waktu latihan, kedua pembawa acara itu meneriakkan kabar beswan yang langsung disamber dengan kalimat ‘luar biasa, fantastis, yes yes yes beswan beswan Djarum yes’. Saat lagu ‘sakitnya tuh di sini’ diputar, anggota beswan yang jumlahnya ratusan, dengan komando pembawa acara, berhamburan ke atas panggung untuk berjoget ria. Sepertinya kami menciptakan momen terindah untuk menjadi kenangan yang kelak menyesakkan dada bagi kami sendiri.
Waktu latihan tiba. Tim teater digiring masuk ke arenanya. Tim choir masih di dalam gedung Merapi. Hari ini pembagian tribun. Ada tribun satu sampai delapan. Aku masuk di tribun tiga. Di tribun tiga ada beswan Jogja Fajrul dan Iin. Kami berlatih di gedung yang sumpek. AC-nya tidak menyebar. Ketika mbak Brigitta menyalakan pianonya, listrik mendadak mati. Hal ini terjadi berulang-ulang. Namun kami menikmati momen ini, dalam hal kebersamaannya.
Di NB ini, Djarum menyediakan fasilitas loud spot. Loud spot adalah ajang bernarsis ria. Dua layar disiapkan untuk selfie bersama. Fasilitas ini memungkinkan member langsung mengupload foto di akun facebook dan twitter yang didaftarkan. Caranya kami harus membuat kartu terlebih dahulu di tempat yang telah disediakan. Weh, antriannya cukup panjang... Setelah mengantri cukup lama, akhirnya aku mendapatkan kartu narsis ini.
Seusai istirahat, formasi tribun ada penyesuaian. Ketidaksamaan jumlah pemain membuat beberapa anggota tribun harus digeser. Aku digeser masuk ke tribun satu. Di tribun satu, aku bertemu Sam. Di sana ada Dana, Melvin, Siraj, Andre, Andi dan lain sebagainya yang karena keterbatasan space tidak bisa aku sebutkan satu persatu di sini. Di tribun ini, kelak aku dan kawan-kawan mendapat pengalaman yang luar biasa. Sama luar biasanya dengan rumah baruku, GA 3.
Kami menciptakan kenangan terindah yang kelak menyesakkan dada kami sendiri

Bersambung...

Kisah pertama klik di sini
Episode selanjutnya klik link ini

1 comment: