Monday, February 24, 2014

Nyaris Semua Wartawan Masuk Neraka Eps. 1

AKU DAN SANG GURU
Wawancara Imajiner Aku dan Sang Guru

Di satu hari yang aku sendiri tidak hafal persis tanggal dan waktunya, sesosok misterius tiba-tiba muncul di hadapanku. Seorang yang tidak tampak rupa dan bentuknya itu mengucapkan salam. Assalaamu'alaikum. Aku menjawabnya sesuai dengan apa yang pernah aku pelajari dari bapak dan ibuku. Waalaikumsalam... Lalu terdengar batuk-batuk kecil dari ia yang hanya terlihat sebagai cahaya.
Aku (A): Siapa Anda?
Sosok Misterius (SM): Kau tidak perlu tahu siapa aku (suaranya sangat lirih. Aku bahkan nyaris tidak mendengar)
A: Ah, bagaimana mungkin aku tidak perlu mengetahui siapa gerangan Anda?
SM: Hahaha... (suaranya tiba-tiba menggelegar. Aku mundur beberapa langkah karena takut). Kau akan mengetahui siapa aku ketika kau tahu siapa kamu
A: Maaf. Perkataanmu sungguh tidak kumengerti
SM: Kau akan segera mengerti!
A: Bagaimana mungkin aku akan mengerti?
SM: Kau akan segera mengerti!
A: Aku berani bersumpah, aku sama sekali tidak mengerti!
SM: Ya, kau akan segera mengerti!
Setelah percakapan singkat yang justru membuatku semakin bingung, sosok itu menghilang begitu saja. Tanpa pernah aku undang, sosok itu terkadang hadir dan memberi wejangan-wejangan. Banyak hal yang pernah kami diskusikan yang kadang justru membuatku merinding menjalani hidup ini. Terlebih, ketika masa depan dan masa lalu dapat diceritakannya, aku menggigil tak karuan. Ia bisa datang dari masa yang tak pernah kusangka. Kadang ia mengaku habis berjalan-jalan di zaman di mana air sulit didapat. Kadang ia bercerita baru saja bertemu Ibrahim AS dan melihatnya membangun peradaban agama. Lalu aku pernah terhenyak, ia mengaku baru saja sowan di ndalem-ndalem kiai besar di nusantara.
Lalu aku memanggilnya dengan Sang Guru (SG). Ia mulai bertanya tentang kehidupan pribadiku. Aku menjelaskan saja saat ini sedang berpetualang di kota impian. Bagaimana tidak, kota ini selalu menjadi rujukan siapa saja yang mengaku berpendidikan. Lalu aku menjelaskan tengah menempuh pendidikan di jurusan komunikasi yang berkonsentrasi pada jurnalistik.
SG: Hah, kau akan menjadi wartawan?
A: Kenapa, Guru? Bukankah itu pekerjaan yang teramat dan sangat mulia? Bahkan peran wartawan kerap disamakan dengan peran ulama sebagai ahlul 'ilmi?
SG: Itu katanya.
A: Lha, memang sebenarnya bagaimana?
SG: Kau akan segera mengerti. (Jawaban ini merupakan salah satu jawaban paling membosankan. Biasanya setelah itu Sang Guru akan menghilang). Tapi kali ini Sang Guru tidak menghilang. Terdengar batuk kecil yang sangat berat.
SG: Wartawan hampir semu masuk neraka! (Guru mengucapkannya dengan suara berat namun sangat jelas dan tegas. Aku tertegun mendengar ucapannya itu. Namun aku tidak bisa berlama-lama berkutat pada ketakutan. Aku harus mengetahui alasan Guru mengatakan demikian).
Namun sebelum aku bertanya lebih jauh, sosok Guru menghilang. Jika seperti ini, aku perlu beberapa waktu untuk dapat bertemu lagi dengannya. Ya, semoga ia cepat datang dan memberiku jawaban.


Baca juga:
NYARIS SEMUA WARTAWAN MASUK NERAKA EPS. 2
ALQUR'AN BUKAN KITAB PRIMBON EPS.3

0 comments:

Post a Comment